Puisidan Syair; Konsultasi. Konsultasi Agama; Konsultasi Arsitektur; Konsultasi Desain Interior; Konsultasi Ekonomi; Ibnu 'Athaillah ; Ibnu Abbas ; Ibnu Abbas RA ; Ibnu Abi Daud ; Ibnu Abi Hatim ; Ibnu Abi Syaibah ; Ibnu Affan ; Pelajaran Etika dari Pelajaran Hidup Umar ibnu al-Khaththab 16/10/20 | 12:38; Bukan Mau tapi Siap, Inilah 4 KataKata Mutiara Hikmah KItab Al Hikam Syekh Ibnu Athaโ€™illah โ€“ Kitab Al-Hikam adalah buah karya Syekh Ibnu Athaโ€™illah yang diperuntukkan bagi para pejalan (salik), yang di dalamnya berisi panduan lanjut bagi setiap pejalan untuk menempuh perjalanan spiritual. Al-Hikam berisi berbagai terminologi suluk yang ketat, yang merujuk pada berbagai istilah dalam Al-Qurโ€™an. Ibn Athaillah,Ulama dan Penulis kitab โ€˜Al-Hikamโ€™) "Jangan condong kepada selain Allah. Jika tidak, Allah akan melenyapkan nikmat munajat kepada-Nya." (Ibn Athaillah,Ulama dan Penulis kitab โ€˜Al-Hikamโ€™) NOTE 6: Bilamana seorang hamba telah dapat merasai kenikmatan beribadah kepada Allah, maka ia akan merasa rugi jika membiarkan malamnya Membalassyair-syair cinta yang kita utarakan, ia pun mendendangkan puisi balasan, Kucintai engkau dengan tanpa keraguan di dalamnya Padahal kebanyakan cinta hanyalah fatamorgana Ibnu Athaillah berpesan, โ€œJangan terlalu merasakan dosa-dosa yang telah engkau lakukan, sehingga dapat menghalang-halangi engkau bersangka baik kepada SyaikhIbnu โ€˜Athaillah mengatakan: โ€œApa yang telah luput dari umurmu itu tidak akan ada ganti baginya. Dan apa yang telah berhasil bagimu dari umurmu itu, tidak ternilai harganya. โ€œ Usia manusia bagaikan awan yang berlalu. Sekali melintas maka selama-lamanya dia tidak pernah kembali. TaqyuddinIbnu Athaillah as-Sakandari asy-Syadzily di sebuah masjid di Kairo, yang menjelaskan makna-makna makakeakraban dan cinta Ilahiakan semakin berkobar; danAsma al-Faiq, "YangMengalahkan" sebaiknyajangan dipakai oleh parapemula, tetapi hanya olehorang yang arif yang telahmencapai tingkatan yangtinggi.Demografik Para PengikutTareqat disadur dari bab 27, Resep Cinta Ibnu Athaillah). bisa merasakan bagaimana perasaan Fadhil ketika tampil bersama grup nasyidnya pada acara pernikahan Tiara. Bagaimana airmatanya menetes ketika megucapkan lirik lagu berikut : Mari kita sama-sama insyaf Cinta sejati itu tidak menzalimi Cinta sejati berorientasi ridha Allah Seolahmenjelaskan maksud ujaran Bapaknya itu, Husain ibn โ€˜Ali menyeru: โ€œ merugilah perdagangan seorang hamba yang tidak menjadikan cinta kepada-Mu sebagai bagiannya.โ€ Islam, terutama melalui tasawuf, mempromosikan jenis hubungan penuh cinta-kasih antara Tuhan dan manusia, antara Khaliq (Pencipta) dan makhluq (ciptaan), antara Ma Rahasiayang Maha Indah Ibnu Athaillah al-Syakandari 2008-01-01 Perjumpaan dengan Yang Mahalembut, Yang Mahakuasa, dan Yang Apa yang terucap tak selamanya menggambarkan yang teralami. Syair, hikayat, dan munajat sering mereka jadikan sarana untuk mengungkapkan apa yang dirasa. Karena itulah keindahan dan kehalusan senantiasa mewarnai karya BiografiSyeikh Ibnu Athaillah as Sakandari. Syeikh Ibn โ€˜Athaโ€™illah as-Sakandari (w. 1309 M) hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mameluk. Syair yang terkenal adalah Al Muโ€™allaqat yang berarti kalung, perhiasan yang digantung. Pada masa itu orang Arab menunjukkan rasa bangga dengan suku bangsanya lewat puisi. Periode Shadr Islami muB0sNw. Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bentuk cinta kepada Allah. Menurutnya, cinta kepada Allah yang kerap diucapkan banyak orang bisa saja merupakan cinta palsu, tetapi bisa juga cinta sejati. Cinta kepada Allah memang mudah diucapkan, tetapi pembuktiannya ini yang membutuhkan Ibnu Athaillah dalam hikmah berikut ini menyatakan ciri cinta sejati dan cinta palsuู„ูŠุณ ุงู„ู…ุญุจ ุงู„ุฐูŠ ูŠุฑุฌูˆ ู…ู† ู…ุญุจูˆุจู‡ ุนูˆุถุงู‹ ุฃูˆ ูŠุทู„ุจ ู…ู†ู‡ ุบุฑุถุงู‹ . ูุฅู† ุงู„ู…ุญุจ ู…ู† ูŠุจุฐู„ ู„ูƒ ู„ูŠุณ ุงู„ู…ุญุจ ู…ู† ุชุจุฐู„ ู„ู‡Artinya, โ€œPecinta itu bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari kekasihnya atau mengejar sebuah tujuan dari sang kekasih. Pecinta itu orang yang berbuat sesuatu untukmu. Pecinta itu bukan orang yang diberikan sesuatu olehmu.โ€Menjelaskan hikmah ini, Syekh Syarqawi menjelaskan bahwa orang yang mengaku cinta kepada Allah takkan mengharapkan apapun atas amal ibadahnya. Orang yang cinta sungguhan kepada Allah hanya mengharap ridha-Nya sebagai keterangan Syekh Syarqawi berikut iniู„ูŠุณ ุงู„ู…ุญุจ ุงู„ุญู‚ูŠู‚ูŠ ุงู„ุฐูŠ ูŠุฑุฌูˆ ู…ู† ู…ุญุจูˆุจู‡ ุนูˆุถุงู‹ ุนู„ู‰ ุนู…ู„ ูŠุนู…ู„ู‡ ูู„ุง ูŠู‚ุตุฏู‡ ุจุฃุนู…ุงู„ู‡ ุงู„ุตุงู„ุญุฉ ุฌู†ุฉ ูˆู„ุง ู†ุฌุงุฉ ู…ู† ู†ุงุฑ ุฃูˆ ูŠุทู„ุจ ู…ู†ู‡ ุบุฑุถุงู‹ ู…ู† ุงู„ุฃุบุฑุงุถ ุงู„ุฏู†ูŠุงูˆูŠุฉ ูˆุงู„ุฃุฎุฑูˆูŠุฉ ูุฅู† ุงู„ู…ุญุจ ุงู„ุญู‚ูŠู‚ูŠ ู…ู† ูŠุจุฐู„ ู„ูƒ ุฃูŠ ูŠุนุทูŠูƒ ู„ูŠุณ ุงู„ู…ุญุจ ุงู„ุญู‚ูŠู‚ูŠ ู…ู† ุชุจุฐู„ ู„ู‡ ู„ุฃู† ุงู„ู…ุญุจุฉ ุงู„ุญู‚ูŠู‚ูŠุฉ ุฃุฎุฐ ุฎุตุงู„ ุงู„ู…ุญุจูˆุจ ู„ู…ุญุจู‡. ุงู„ู‚ู„ุจ ูู„ุง ูŠุตูŠุฑ ุนู†ุฏ ุงู„ู…ุญุจ ุงู„ุชูุงุช ู„ุบูŠุฑ ู…ุญุจูˆุจู‡ ูู…ู† ุนุจุฏู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู„ุฌู†ุชู‡ ูู„ูŠุณ ู…ุญุจุง ู„ู‡ ุจู„ ู„ู„ุฌู†ุฉArtinya, โ€œPecinta sejati itu bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari kekasihnya atas perbuatan yang dia lakukan. Ia tidak bermakasud surga atau selamat dari neraka dengan amal salehnya. atau mengejar sebuah tujuan duniawi atau ukhrawi dari sang kekasih. Pecinta sejati itu orang yang berbuat yakni mempersembahkan sesuatu untukmu. Pecinta sejati itu bukan orang yang diberikan sesuatu olehmu karena cinta sejati meraih seluruh ridha kekasih untuk pecintanya. Bagi pencinta sejati, hatinya takkan berpaling pada selain kekasihnya. Oleh karena itu, siapa saja yang menyembah Allah SWT karena surga-Nya, maka ia bukan orang yang cinta Allah, tetapi cinta surga,โ€ Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang Taha Putra, tanpa catatan tahun], juz II, halaman 62-63.Jelasnya, cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan pengorbanan secara total tanpa mengharapkan imbalan apapun baik yang bersifat materi maupun nonmateri. Niat ini yang membedakan penghambaan orang yang cinta sejati kepada Allah dan penghambaan orang yang memiliki pamrih sebagai keterangan Syekh Ibnu Abbad berikut iniุงู„ู…ุญุจุฉ ุชู‚ุชุถู‰ ู…ู† ุงู„ู…ุญุจ ุจุฐู„ ูƒู„ูŠุงุชู‡ ูˆุฌุฒุฆูŠุงุชู‡ ููŠ ู…ุฑุถุงุฉ ู…ุญุจูˆุจู‡ ู…ู† ุบูŠุฑ ุทู„ุจ ุญุธ ูŠู†ุงู„ู‡ ู…ู†ู‡. ูู‡ุฐุง ู…ู…ุง ูŠู„ุฒู… ูˆุฌูˆุฏ ุงู„ู…ุญุจุฉArtinya, โ€œCinta itu menuntut pengorbanan segala hal besar maupun hal kecil dari pecinta untuk kesenangan kekasihnya tanpa menuntut bagian yang harusnya ia terima dari kekasihnya. Ini salah satu bagian dari kelaziman riil sebuah cinta,โ€ Lihat Syekh Muhammad Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, [Semarang Toha Putra, tanpa catatan tahun], juz II, halaman 62-63.Sejumlah keterangan di atas ini tidak dimaksudkan untuk menilai kadar cinta orang per orang kepada Allah SWT. Pasalnya, cinta adalah masalah ghaib yang tersimpan di batin masing-masing orang. Semua ini dimaksudkan untuk mengevaluasi diri kita seperti apa warna penghambaan kita kepada Allah SWT. Wallahu alam. Alhafiz K Ibnu Athaโ€™illah as-Sakandari, salah satu ulama sufi ternama yang menjadi rujukan para ulama menyatakan dalam karyanya, Al-Hikam, bahwa senang dan sedih adalah dua entitas yang tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa sesuatu yang disenangi adalah juga sesuatu yang disedihkan. Jika yang disenangi banyak, maka kesedihan pun akan banyak. Sehingga Ibnu Athaโ€™illah menyatakan ู„ููŠูู‚ูู„ู‘ูŽ ู…ูŽุง ุชูŽูู’ุฑูŽุญู ุจูู‡ู ูŠูŽู‚ูู„ู‘ูŽ ู…ูŽุง ุชูŽุญู’ุฒูŽู†ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูโ€œTatkala berkurang apa yang membuatmu bahagia, maka berkurang pula apa yang membuatmu sedihโ€. Al-Hikam hlm 45Cuplikan di atas menunjukkan bahwa kebahagiaan seseorang ditentukan pada sedikit atau banyaknya cinta seseorang pada dunia seisinya. Penulis meyakini bahwa Syeh Ibnu Athaโ€™illah tidak melarang manusia menjadi kaya atau memiliki segala hal yang membuatnya bahagia. Namun beliau mengingatkan bahwa semakin banyak manusia cinta pada duniaโ€”dan itu membuatnya bahagiaโ€”maka semakin besar pula potensi kesedihan yang akan dialami jika suatu saat apa yang dicintai dan dimiliki hilang, dicuri, mati, hanyut, atau ditelan bumi. Dikatakan pula dalam sebuah syair ูˆู…ู† ุณุฑู‡ ุฃู† ู„ุงูŠุฑู‰ ู…ุง ูŠุณูˆุคู‡ * ูู„ุง ูŠุชุฎุฐ ุดูŠุฆุง ูŠุฎุงู ู„ู‡ ูู‚ุฏุงูุฅู† ุตู„ุงุญ ุงู„ู…ุฑุก ูŠุฑุฌุน ูƒู„ู‡ * ูุณุงุฏุง ุฅุฐุง ุงู„ุฅู†ุณุงู† ุฌุงุฒ ุจู‡ ุงู„ุญุฏุงโ€œBarang siapa bahagia jika tidak melihat sesuatu yang membuatnya susah dan sedih, maka janganlah ia mengambilnya jika khawatir kehilangan. Karena sesungguhnya seluruh kepantasan seseorang akan rusak jika melampaui batasโ€.Ulama dan uqolaโ€™, orang yang berakal mengatakan bahwa darโ€™ul mafaasid ahammu min jalbil mashalih, menghindari kerusakan lebih penting dari pada mencari maslahat. Dengan kata lain, kemampuan menghindarkan kerusakan akibat kesedihan harus didahulukan dari pada mengedepankan kemaslahatan berupa kebahagiaan yang timbul dari sesuatu yang bisa cepat dalam kitab Syarhul Hikam, seseorang raja mendapatkan kiriman gelas yang bertatahkan intan indah tiada tara. Sang raja sangat senang dan bahagia. Kemudian dia bertanya pada salah satu penasehatnya โ€œBagaimana pendapatmu?โ€ Penasehat berkata, โ€œGelas ini indah, tapi sebaiknya raja tidak punya, saya melihat ada musibah dan kefakiran.โ€ โ€œLho, saya justru senang punya gelas ini,โ€ protes sang raja. Penasehatnya pun menjawab, โ€œJika gelas ini pecah, maka hal itu adalah musibah tidak ada yang bisa memperbaiki. Jika gelas ini dicuri, maka engkau akan menjadi fakir dan engkau tidak menemukan ganti yang sepadan. Padahal sebelumya, engkau dalam keadaan aman tanpa musibah dan kefakiranโ€.Singkat cerita, sang raja tidak menghiraukan perkataan penasehatnya. Karena saking senangnya, setiap hari gelas itu dipakai. Ia tidak mau minum jika tidak menggunakan gelas saat, gelas tersebut jatuh dan pecah. Hati sang raja menjadi susah. Nafsu makannya hilang beberapa hari. Dia pun memanggil penasehatnya dan berkata, โ€œKamu benar, kalau dulu saya tidak punya gelas itu, pasti tidak akan ada kejadian gelas pecah dan aku pun tidak akan sedih.โ€Syukur; Kunci BahagiaHadis Rasul SAW yang menjelaskan tentang syukur tidaklah sedikit. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikutุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู… ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงู†ู’ุธูุฑููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุณู’ููŽู„ูŽ ู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุธูุฑููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ู‡ููˆูŽ ููŽูˆู’ู‚ูŽูƒูู…ู’ ููŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽุฌู’ุฏูŽุฑู ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุชูŽุฒู’ุฏูŽุฑููˆุง ู†ูุนู’ู…ูŽุฉูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ โ€œDiriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, โ€œRasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamuโ€ HR. Bukhari-MuslimHadis di atas menjelaskan bahwa manusia dituntut untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. dengan bersyukur, maka tidak akan ada sifat iri hati, dengki, dan tamak yang berlebihan. Sifat-sifat buruk tersebut menjadikan hati seseorang tenang, tentram, dan tentu bahagia karena jauh dari sifat membanding-bandingkan dengan Aโ€™lam. ๏ปฟSyair Al Hikam merupakan kata-kata bijak Syekh Ibnu Athaโ€™illah As-Sakandari dalam maqolah Kitab Al-Hikam dilengkapi teks arab dan artinya. โ€“ Syair berasal dari bahasa Arab dari akar kata syiโ€™ir atau syuโ€™ur yang memiliki arti perasaan yang menyadari. Sedangkan syair sendiri berasal dari Persia, yang kemudian dikenal juga sebagai puisi. Sedangkan syair Al Hikam merupakan puisi yang diambil dari maqolah kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaโ€™illah As-Sakandari. Syair al hikam adalah kata-kata bijak untuk para pesalik yakni seseorang yang menjalani laku ilmu tasawuf. Kata-kata bijak Syekh Ibnu Athaโ€™illah As-Sakandari berisi berbagai hal tentang kehidupan. Berikut ini syair Al Hikam karya Syekh Ibnu Athaโ€™illah As-Sakandari teks arab dan artinya ู…ูู†ู’ ุนู„ุงู…ุงุชู ุงู„ุง ูุนู’ุชูู…ุงุฏู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ุนูŽู…ู„ู ู†ู€ูู‚ู€ูŽุตูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌุงุกูุนูู†ู’ุฏูŽ ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ุฒูŽู‘ู„ู„ โ€œSebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.โ€ ุฅุฑุงุฏูŽุชู€ููƒูŽ ุงู„ุชูŽุฌู’ุฑููŠู’ุฏูŽ ู…ุนูŽ ุงูู‚ุงู…ุฉูุงู„ู„ู‡ู ุงููŠู‘ุงูƒูŽ ูู‰ ุงู„ุงูŽุณู’ุจูŽุงุจู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‡ู’ูˆุฉู ุงู„ุฎูููŠูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽุฅุฑุงุฏูŽุชู€ููƒูŽ ุงู„ุงูŽุณู’ุจูŽุงุจู ู…ุนูŽ ุงูู‚ุงู…ุฉูุงู„ู„ู‡ู ุงููŠู‘ุงูƒูŽ ูู‰ ุงู„ุชูŽุฌู’ุฑููŠู’ุฏูŽ ุงูู†ู’ุญุทุงุท ูŒ ุนู† ุงู„ู‡ูู…ูŽู‘ุฉู ุงู„ุนูŽู„ูŠูŽู‘ุฉู โ€œKeinginanmu untuk tajrid hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia, padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha asbab, maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar halus. Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha asbab, padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab berusaha, maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat yang tinggiโ€. ุณูŽูˆูŽุงุจูู‚ู ุงู„ู‡ูู…ุงูŽู…ู ู„ุงูŽ ุชูŽุญู’ุฑูู‚ู ุงูŽุณู’ูˆูŽุฑูŽุงู„ุงูŽู‚ู’ุฏูŽุงุฑู โ€œKerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir.โ€ ุงูŽุฑูุญู’ ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ู…ู†ูŽ ุงู„ุชู€ูŽุฏู’ ุจู€ููŠู’ุฑููู…ุงูŽ ู‚ุงู…ูŽ ุจู‡ู ุบูŠุฑููƒูŽ ุนูŽู†ู’ูƒูŽ ู„ุง ุชู‚ู€ูู…ู’ ุจู‡ู ู„ู†ู€ูŽูู€ู’ุณูƒ โ€œIstirahat dirimu/pikiranmu dari kesibukan mengatur kebutuhan duniamu, sebab dari apa yang telah diatur oleh selain kamu yaitu Allah, tidak perlu engkau ikut sibuk memikirkannya.โ€ ุงูุฌู’ุชูู‡ุงุฏููƒูŽ ููŠู…ูŽุง ุถูู…ู†ูŽ ู„ูƒูŽ ูˆุชู‚ู€ู’ุตููŠุฑููƒูŽ ููŠู…ุงูŽ ุทูู„ุจูŽ ู…ู†ูƒูŽ ุฏูŽู„ููŠู„ูŒ ุนู„ู‰ ุงู†ุทูู…ุงุณู ุงู„ุจูŽุตููŠู’ุฑูŽุฉู ู…ู†ูƒูŽ โ€œKesungguhanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping kelalaianmu terhadap kewajiban yang di amanatkan kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu bashirah.โ€ ู„ุงูŽูŠูŽูƒูู†ู’ ุชุฃุฎูุฑูŽ ุฃู…ูŽุฏู ุงู„ุนูŽุทูŽุงุกู ู…ุนูŽ ุงู„ุงูู„ุญุงุญู ูู‰ ุงู„ุฏูุนุงุกูู…ูˆุฌูุจุงู‹ ู„ููŠุงุกุณููƒูŽ ูู‡ููˆูŽ ุถูŽู…ู† ู„ูƒูŽ ุงู„ุงูุฌุงูŽุจุฉ ูŽ ููŠู…ุงูŽ ูŠุฎุชูŽุงูŽุฑูู‡ู ู„ูƒูŽ ู„ุง ููŠู…ูŽุง ุชูŽุฎุชุงูŽุฑูู„ูู†ูู’ุณููƒูŽ ูˆูŽูู‰ ุงู„ูˆูŽู‚ุชู ุงู„ูŽู‘ุฐู‰ ูŠูุฑููŠุฏู ู„ุงู ุงู„ูˆู‚ุชู ุงู„ุฐู‰ ุชู€ูุฑูŠุฏู โ€œJanganlah keterlambatan waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau bersungguh-sungguh dalam berdoa menyebabkan putus harapan, sebab Allah telah menjamin dan menerima semua doa dalam apa yang ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Allah, bukan pada waktu yang engkau tentukan.โ€ ู„ุง ูŠูุดูƒู€ูู‘ูƒู†ูŽู‘ูƒ ูู‰ ุงู„ูˆูŽุนุฏู ุนุฏู…ู ูˆู‚ูˆุนู ุงู„ู…ูŽูˆู’ุนููˆุฏู ูˆุงู†ู’ ุชูŽุนูŽูŠูŽู‘ู†ูŽ ุฒู…ูŽู†ู€ูู‡ู ู„ู€ุกู€ู„ุงูŽู‘ูŠูŽูƒูˆู†ูŽ ุฐูฐ ู„ูƒูŽ ู‚ูŽุฏุญุงู‹ ูู‰ ุจุตูŠุฑูŽุชูƒูŽ ูˆุงูุฎู€ู’ู…ุงูŽุฏุงู‹ู„ูู†ูˆุฑู ุณูŽุฑููŠุฑูŽุชููƒูŽ โ€œJangan sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Allah, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu tiba waktunya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu sirmu.โ€ Kata-kata bijak Ibnu Athaโ€™illah As-Sakandari ุงูุฐุงูŽ ููŽุชุญูŽ ู„ูƒ ูˆูุฌู’ู‡ูŽุฉ ู‹ ู…ู† ุงู„ุชู€ูŽู‘ุนูŽุฑูู‘ูู ูู„ุง ุชูุจุงูŽู„ู ู…ุนู‡ุง ุงู† ู‚ูŽู„ูŽู‘ ุนูŽู…ูŽู„ููƒูŽ ููŽุงูู†ูŽู‘ู‡ู ู…ุงูุชุญูŽู‡ุงูŽ ู„ูƒ ุงู„ุง ูˆู‡ูˆ ูŠุฑููŠุฏ ุงู†ูŠุชุนุฑูŽููŽ ุงู„ูŠูƒูŽ ุงู„ู… ุชูŽุนู„ู… ุงู†ูŽู‘ ุงู„ุชู€ูŽู‘ุนูŽุฑูููŽ ู‡ูˆูŽู…ูˆุฑูุฏู‡ู ุนู„ูŠูƒูŽ ูˆุงู„ุงูŽุนู…ุงู„ู ุงู†ุชูŽ ู…ูู‡ุฏู ูŠู‡ุง ุงู„ูŠู‡ู ูˆุงูŽูŠู†ูŽ ู…ุงุชู€ูู‡ุฏ ูŠู‡ู ุงู„ูŽูŠู‡ู ูˆุงูŽูŠู†ูŽ ู…ุง ุชูู‡ุฏู ูŠู‡ู ุงู„ูŠู’ู‡ู ู…ูู…ูŽู‘ุง ู‡ูˆูŽ ู…ูˆุฑูุฏู‡ู ุงู„ูŠูƒูŽ โ€Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk makrifat mengenal pada-Nya, maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu bahwa makrifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepad-Nya dengan pemberian karunia Allah kepadamu.โ€ ุชู†ูˆูŽู‘ุนุช ุงุฌู’ู†ุงูŽุณู ุงู„ุงูŽุนู…ุงู„ู ู„ุชู†ูˆูู‘ุนู ูˆุงุฑูุฏุงูŽุชู ุงู„ุงุญู’ูˆุงู„ู โ€œBeraneka macam jenis amal perbuatan, karena bermacam-macam pula pemberian karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.โ€ ุงู„ุงูŽุนู…ุงู„ู ุตูˆูŽุฑูŒ ู‚ุงุกู…ุฉ ูŒ ูˆูŽุงุฑูˆุงุญูู‡ุง ูˆุฌูˆุฏู ุณูุฑูู‘ ุงู„ุงุฎู„ุงุตู ููŠู‡ุง โ€œAmal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun ruh-ruh yang menghidupkannya adalah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu.โ€ ุงูุฏู’ูู† ูˆูุฌููˆุฏูŽูƒ ูู‰ ุงุฑุถู ุงู„ุฎูู…ูˆู„. ูู…ุง ู†ุจุชูŽ ู…ูู…ูŽู‘ุงู„ู… ูŠูุฏูู† ู„ุงูŠุชูู…ูู‘ ู†ูุชุงุฌู‡ู โ€œTanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh namun tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya.โ€ ู…ุงู†ูุนูŽ ุงู„ู‚ูŽู„ุจูŽ ุดูŽูŠุกูŒ ู…ุซู„ู ุนูุฒู’ู„ุฉู ูŠูŽุฏู’ุฎูู„ู ุจู‡ุง ู…ูŠุฏุงู† ูููƒุฑุฉู โ€œTidak ada sesuatu yang sangat berguna bagi hati jiwa, sebagaimana menyendiri untuk masuk ke medan berpikir tafakurโ€ ูƒูŠู ูŠูุดู’ุฑู‚ู ู‚ู„ุจูŒ ุตููˆูŽุฑูุงู„ุงูŽูƒูˆูŽุงู†ู ู…ูู†ุทุจูุนูŽุฉ ูŒ ูู‰ ู…ูุฑู’ุงูŽุชู‡ ุŸ ุงู… ูƒูŠููŽ ูŠุฑุญู„ู ุงู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ูˆู‡ูˆ ู…ููƒุจูŽู‘ู„ูŒ ุจูุดู‡ูˆุงุชูู‡ู ุŸ ุงู… ูƒูŠููŽ ูŠูŽุทู…ุนู ุงู† ูŠูŽุฏู’ุฎูู„ูŽ ุญูŽุถุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆู‡ูˆ ู„ู… ูŠุชุทู‡ูŽู‘ุฑู’ ู…ู† ุฌู†ุงุจุฉู ุบูู„ุงุชู‡ู ุŸ ุงู… ูƒูŠููŽ ูŠุฑุฌููˆุงูŽู†ู’ ูŠูŽูู‡ูŽู…ูŽ ุฏ ู‚ุงุกู€ู‚ูŽ ุงู„ุงุณุฑุงูŽุฑู ูˆู‡ููˆูŽ ู„ู…ู’ ูŠูŽุชู€ูุจู’ ู…ู† ู‡ููŽูˆูŽุงุชูู‡ูุŸ โ€œBagaimana akan dapat bercahaya hati seseorang yang gambar dunia ini terlukis dalam cermin hatinya. Bagaimana menuju kepada Allah, padahal ia masih terbelenggu oleh nafsu syahwat. Atau bagaimana akan dapat masuk menjumpai Allah, padahal ia belum bersih dari kelalaian. Bagaimana ia berharap akan mengerti rahasia yang halus dan tersembunyi, padahal ia belum taubat dari kekeliruannya.โ€ ุงู„ูƒูŽูˆู†ู ูƒู„ูู‘ู‡ู ุธูู„ู…ุฉ ูŒ ูˆุงูู†ู‘ู…ูŽุง ุงูŽู†ุงูŽุฑูŽู‡ู ุธูู‡ููˆุฑูุงู„ุญูŽู‚ูู‘ ููŠู‡ ูู…ู† ุฑุฃู‰ ุงู„ูƒูŽูˆู’ู†ูŽ ูˆู„ู… ูŠูŽุดู’ู‡ูŽุฏู’ู‡ู ููŠู‡ู ุงูˆุนูู†ุฏู‡ู ุงูˆู‚ูŽุจู’ู„ู‡ ุงูˆุจูŽุนู’ุฏู‡ู ูู‚ุฏ ุงูŽุนูˆุฒูŽู‡ู ูˆุฌูˆุฏู ุงู„ุงู†ูˆูŽุฑู ูˆุญูุฌูุจุชู’ ุนูŽู†ู‡ ุดู…ูˆุณ ุงู„ู…ุนุงุฑูู ุจูุณูุญูุจู ุงู„ุงุซุงุฑู โ€œAlam itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang meneranginya, hanya karena dhohirnya Al-haq Allah padanya, maka barangsiapa yang melihat alam, lantas tidak melihat Allah di dalamnya, atau didekatnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sungguh ia telah disilaukan oleh nur cahaya, dan tertutup baginya surya nur-cahaya maโ€™rifat oleh tebalnya benda-benda alam ini.โ€ ู…ูู…ูŽู‘ุงูŠูŽุฏูู„ูู‘ูƒูŽ ุนู„ู‰ ูˆุฌููˆุฏู ู‚ู‡ุฑูู‡ู ุณูุจู’ุญุงู†ู‡ู ุงู† ุญุฌุจูƒูŽ ุนูŽู†ู‡ู ุจู…ุง ู„ูŠุณูŽ ุจู…ูˆุฌููˆุฏู ู…ุนู‡ู โ€œDi antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya kekuasaan Allah yang luar biasa, ialah dapat menghijab engkau dari pada melihat kepada-Nya dengan hijab tanpa wujud di sisi Allah.โ€ ูƒูŠููŽ ูŠุชุตูˆูŽู‘ุฑู ุงู† ูŠุญุฌุจู‡ู ุดูŠู‰ุกูŒ ูˆู‡ูˆุงู„ุฐู‰ ุงุธู‡ุฑูƒู„ูŽู‘ ุดูŠู‰ุกู โ€œBagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab dibatasi tirai oleh sesuatu padahal Allah yang menampakkan mendhohirkan segala sesuatu.โ€ ูƒูŠููŽ ูŠุชุตูˆูŽู‘ุฑู ุงู† ูŠุญุฌุจู‡ู ุดูŠู‰ุกูŒ ูˆู‡ูˆุงู„ุฐู‰ ุธูŽู‡ุฑุจููƒู„ู‘ ุดูŠู‰ุกู โ€œBagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia Allah yang tampak dhohir pada segala sesuatu.โ€ ูƒูŠููŽ ูŠุชุตูˆูŽู‘ุฑู ุงู† ูŠุญุฌุจู‡ู ุดูŠู‰ุกูŒ ูˆู‡ูˆุงู„ุฐู‰ ุธู‡ุฑูู‰ ูƒู„ู‘ ุดูŠู‰ุกู โ€œBagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia Allah yang terlihat dalam tiap sesuatu.โ€ ูƒูŠููŽ ูŠุชุตูˆูŽู‘ุฑู ุงู† ูŠุญุฌุจู‡ู ุดูŠู‰ุกูŒ ูˆู‡ูˆุงู„ุฐู‰ ุธู‡ุฑู„ููƒู„ู‘ ุดูŠู‰ุกู ูƒูŠููŽ ูŠุชุตูˆูŽู‘ุฑู ุงู† ูŠุญุฌุจู‡ู ุดูŠู‰ุกูŒ ูˆู‡ูˆ ุงู„ุธุงู‡ุฑู‚ุจู„ ูˆุฌูˆุฏู ูƒู„ู‘ ุดูŠู‰ุกู โ€œBagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia Allah yang tampak pada tiap sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia Allah yang ada dhohir sebelum adanya sesuatu.โ€ ูƒูŠููŽ ูŠุชุตูˆูŽู‘ุฑู ุงู† ูŠุญุฌุจู‡ู ุดูŠู‰ุกูŒ ูˆู‡ูˆ ุงูŽุธูŽู’ู‡ุฑู…ู† ูƒู„ู‘ ุดูŠู‰ุกู โ€œBagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia Allah lebih jelas dari segala sesuatu.โ€ [Luk]